Rabu, 21 September 2011

Erti kesucian bagi wanita













Erti kesucian bagi wanita

Pergaulan bebas makin menjadi-jadi. Melanggar larangan dianggap kewajaran. Lalu apa arti sebuah kesucian?
 
Seorang artis cantik dan belia yang tengah naik daun, dalam sebuah media masa dengan ringannya mengatakan bahwa ia melakukan seks bebas. Pernyataan seperti ini bukan hal yang baru, beberapa artis sebelumnya juga mengatakan hal yang sama dengan tanpa beban. 
Apakah gejala ini hanya muncul di kalangan para artis. Beberapa fakta belakangan ini menunjukkan, gejala kehidupan bebas sudah kian meluas ke kalangan mahasiswa dan remaja. Fenomena ini tentu saja menunjukan adanya pergeseran paradigma akan arti "kesucian". Dulu seorang wanita akan merasa menjadi sampah jika kesuciannya terenggut. Kini nampaknya
kesucian tidak lagi menjadi sesuatu yang perlu dijaga atau dipertahankan.
Sulit dipungkiri bahwa gaya hidup pada masa kini cenderung menyeret pada kehidupan pergaulan bebas. Pornografi dalam media cetak dan media elektronik yang kian merebak, lagu-lagu erotis, tayangan iklan yang cenderung mengeksplotasi tubuh wanita dengan pakaian serba minim, tentusaja secara tidak langsung akan menjadi guru.
Serbuan budaya ini datang dari berbagai penjuru sehingga pergaulan bebas pun sangat sulit untuk dihindari. Yang paling menyedihkan, gejala iniuncul tren penggunaan jilbab yang diistilahkan dengan "jilbab gaul". Modenya mudah dikenal yaitu menggunakan celana panjang atau rok ketat, baju atasan yang juga ketat dan pendek tak jarang membuat punggung atau pusarnya tersingkap. Lengannya kadang hanya tiga perempat, atau digulung, jilbabnya dililit di leher, sehingga leher dan dada yang dihiasi kalung terlihat.
Definisi menggunakan busana muslimah saat ini seolah-olah asal menggunakan kerudung tanpa disertai dengan persyaratan yang sesungguhnya ditetapkan. Oleh karena itu tujuan pemakaian busana muslimah untuk melindungi wanita dari gangguan dan godaan menjadi tidak terpenuhi. 
Kalau kita cermati berita di media, maka peristiwa perkosaan, penjualan ABG atau gadis-gasis cilik, serta meningkatnya prostitusi, menunjukkan bahwa, wanita seolah hanya dianggap sebagai permainan yang tidak memiliki sisi kemanuasiaan kecuali sekadar pemuas nafsu seks.
Wanita dengan segala keindahan dan perhiasannya, memang sangat berpotensi untuk menjadi fitnah. Hal ini sesuai dengan hadits "Tidaklah aku tinggalkan fitnah setelahku yang lebih menggoda kaum lelaki selain fitnah wanita." (HR Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, sangat penting untuk melindungi kaum wanita dengan berbusana muslimah yang memenuhi ketentuan standar. Yaitu menutupi tubuh, tidak transparan, tidak melekat di badan dan tidak mencolok.
Akan tetapi, meskipun jumlah pemakai jilbab saat ini meningkat, sangat disayangkan tidak disertai dengan peningkatan kualitas. Hal ini tercermin dalam tata cara pergaulannya. Lihatlah di jalan-jalan, kendaraan, pusat pertokoan, kampus-kampus, warnet-warnet, dan lain-lain, tanpa malu-malu remaja berjilbab berpacaran, berpegangan bahkan berdekapan. Astaghfirullah! 

Kesucian

Suci yang berarti bersih tak ternoda memiliki pengertian yang luas. Kesucian bisa berupa kesucian lahir maupun batin. Dalam surat An Nur ayat 30 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan menjaga kesucian adalah menjaga pandangan dan menjaga kemaluan. Dalam hal ini sebagaimana sudah dipaparkan di atas, saat ini pergaulan bebas sudah menjadi semakin marak. Kesucian bagi seorang wanita menjadi sesuatu yang tidak penting. Hal ini menjadi pertanda bahwa banyak kaum Muslimin yang tidak mampu menjaga pandangan dan kemaluannya. 
Perlu dikhawatirkan jika pergaulan bebas sudah sedemikian menggejala, masyarakat akan menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa. Oleh karena itu, perlu ada gerakan atau tindakan baik oleh perorangan atau  kelompok untuk mengantisipasi hal tersebut. Hal ini memang bukan halyang mudah. Perlu diakui, jangankan memberantas tempat prostitusi, barangkali untuk sekadar menegur remaja berjilbab yang berpelukan di tempat umum saja kita tak cukup berani dan cenderung membiarkan.
Pengertian bersuci yang terkandung dalam surat An Nisa ayat 4 adalah, membersihkan najis atau hadas baik kecil maupun besar, jika kita mau melaksanakan shalat. Thaharah atau bersuci hukumnya wajib setiap kali akan melaksanakan shalat.
Dalan satu hari seorang Muslim paling sedikit harus melaksanakan lima kali bersuci. Hal ini menunjukkan, Islam sangat menganjurkan kebersihan. Kesucian lahir pada saat mendirikan shalat meliputi suci badan, pakaian dan tempat. Dengan demikian secara otomatis dalam kehidupan sehari-hari, seorang Muslim harus senantiasa menjaga kebersihan baik tubuh, pakaian, perabotan dan rumahnya.
Tak jarang rumah seorang Muslim tidak mencerminkan semangat bersuci. Rumah, halaman, kamar mandi, maupun dapurnya kotor dan berantakan. Seorang Muslimah yang memiliki balita pun terkadang tidak berhati-hati untuk membersihkan najis dari ompol bayinya.  Pakaian dan penampilan seorang Muslim mencerminkan kepribadiannya. Pakaian yang bersih dan rapi umumnya menunjukkan kepribadian yang bersih pula. Hal ini tidak saja penting pada saat melaksanakan shalat, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, pakaian yang dikenakan harus bisa menutupi aurat.
Kesucian tak cukup hanya sebatas lahiriah saja, yang tak kalah pentingnya adalah menjaga kesucian batin. Hati merupakan titik fokus yang menjadi tempat untuk menilai baik buruknya seseorang. Oleh karena itu kelapangan dada, kesucian hati, jauh dari rasa dengki, riya', dan takabur. Jika bersuci lahiriah adalah membasuh wajah telinga tangan dan kaki. Maka bersuci batin adalah membersihkan pandangan, pendengaran, perbincangan, perbuatan dari yang diharamkan oleh Allah. Demikian pula dengan tangan, kaki, perut, dari perbuatan maksiat. 

Mengembalikan Kesucian

Jika kita lihat problematika dunia pada masa ini, banyak orang beranggapan bahwa saat ini masyarakat telah rusak, moral telah runtuh, serta kejahatan dan kekerasan merajalela. Mengapa manusia cenderung pada kejahatan?
Pada dasarnya setiap orang dilahirkan suci. Islam tidak mengenal dosa bawaan. Sedangkan pada diri setiap manusia  senantiasa memiliki potensi kebaikan yang menginginkan kesucian. Namun dalam perjalanan hidup, kita senantiasa dihadapan pada godaan syaitan. Oleh karena itu, kita senantiasa harus mensucikan diri.
Semangat melakukan thaharah dalam hal ini juga hendaknya mampu menghidupkan semangat pembersihan noda dan dosa. Dengan senantiasa memohon ampunan atas kesalahan dan bertaubat, kita berharap dapat membersihkan segala kotoran dan penyakit yang ada dalam hati dan jiwa kita. 
Dalam surat Al Baqarah ayat 222 Allah berfirman "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Kesucian itu bukan untuk Allah atau orang lain. Kesucian itu untuk dirinya sendiri. "Dan barang siapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya untuk kebaikan dirinya sendiri. (QS Faathir: 18)"



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...