Erti kesucian bagi wanita
Pergaulan bebas makin menjadi-jadi. Melanggar larangan
dianggap kewajaran. Lalu apa arti sebuah kesucian?
Seorang artis cantik dan belia yang tengah naik daun, dalam sebuah media
masa dengan ringannya mengatakan bahwa ia melakukan seks bebas. Pernyataan
seperti ini bukan hal yang baru, beberapa artis sebelumnya juga mengatakan hal
yang sama dengan tanpa beban.
Apakah gejala ini hanya muncul di kalangan para artis. Beberapa fakta
belakangan ini menunjukkan, gejala kehidupan bebas sudah kian meluas ke
kalangan mahasiswa dan remaja. Fenomena ini tentu saja menunjukan adanya
pergeseran paradigma akan arti "kesucian". Dulu seorang wanita akan
merasa menjadi sampah jika kesuciannya terenggut. Kini nampaknya
kesucian tidak lagi menjadi sesuatu yang perlu dijaga atau dipertahankan.
kesucian tidak lagi menjadi sesuatu yang perlu dijaga atau dipertahankan.
Sulit dipungkiri bahwa gaya hidup pada masa kini cenderung menyeret pada
kehidupan pergaulan bebas. Pornografi dalam media cetak dan media elektronik
yang kian merebak, lagu-lagu erotis, tayangan iklan yang cenderung
mengeksplotasi tubuh wanita dengan pakaian serba minim, tentusaja secara tidak
langsung akan menjadi guru.
Serbuan budaya ini datang dari berbagai penjuru sehingga pergaulan bebas
pun sangat sulit untuk dihindari. Yang paling menyedihkan, gejala iniuncul tren
penggunaan jilbab yang diistilahkan dengan "jilbab gaul". Modenya
mudah dikenal yaitu menggunakan celana panjang atau rok ketat, baju atasan yang
juga ketat dan pendek tak jarang membuat punggung atau pusarnya tersingkap.
Lengannya kadang hanya tiga perempat, atau digulung, jilbabnya dililit di
leher, sehingga leher dan dada yang dihiasi kalung terlihat.
Definisi menggunakan busana muslimah saat ini seolah-olah asal menggunakan
kerudung tanpa disertai dengan persyaratan yang sesungguhnya ditetapkan. Oleh
karena itu tujuan pemakaian busana muslimah untuk melindungi wanita dari
gangguan dan godaan menjadi tidak terpenuhi.
Kalau kita cermati berita di media, maka peristiwa perkosaan, penjualan ABG
atau gadis-gasis cilik, serta meningkatnya prostitusi, menunjukkan bahwa,
wanita seolah hanya dianggap sebagai permainan yang tidak memiliki sisi
kemanuasiaan kecuali sekadar pemuas nafsu seks.
Wanita dengan segala keindahan dan perhiasannya, memang sangat berpotensi
untuk menjadi fitnah. Hal ini sesuai dengan hadits "Tidaklah aku
tinggalkan fitnah setelahku yang lebih menggoda kaum lelaki selain fitnah
wanita." (HR Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, sangat penting untuk
melindungi kaum wanita dengan berbusana muslimah yang memenuhi ketentuan standar.
Yaitu menutupi tubuh, tidak transparan, tidak melekat di badan dan tidak
mencolok.
Akan tetapi, meskipun jumlah pemakai jilbab saat ini meningkat, sangat
disayangkan tidak disertai dengan peningkatan kualitas. Hal ini tercermin dalam
tata cara pergaulannya. Lihatlah di jalan-jalan, kendaraan, pusat pertokoan,
kampus-kampus, warnet-warnet, dan lain-lain, tanpa malu-malu remaja berjilbab
berpacaran, berpegangan bahkan berdekapan. Astaghfirullah!
Kesucian
Suci yang berarti bersih tak ternoda memiliki pengertian yang luas.
Kesucian bisa berupa kesucian lahir maupun batin. Dalam surat An Nur ayat 30
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan menjaga kesucian adalah menjaga pandangan
dan menjaga kemaluan. Dalam hal ini sebagaimana sudah dipaparkan di atas, saat
ini pergaulan bebas sudah menjadi semakin marak. Kesucian bagi seorang wanita
menjadi sesuatu yang tidak penting. Hal ini menjadi pertanda bahwa banyak kaum
Muslimin yang tidak mampu menjaga pandangan dan kemaluannya.
Perlu dikhawatirkan jika pergaulan bebas sudah sedemikian menggejala,
masyarakat akan menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa. Oleh karena
itu, perlu ada gerakan atau tindakan baik oleh perorangan atau kelompok
untuk mengantisipasi hal tersebut. Hal ini memang bukan halyang mudah. Perlu
diakui, jangankan memberantas tempat prostitusi, barangkali untuk sekadar
menegur remaja berjilbab yang berpelukan di tempat umum saja kita tak cukup
berani dan cenderung membiarkan.
Pengertian bersuci yang terkandung dalam surat An Nisa ayat 4 adalah,
membersihkan najis atau hadas baik kecil maupun besar, jika kita mau
melaksanakan shalat. Thaharah atau bersuci hukumnya wajib setiap kali akan
melaksanakan shalat.
Dalan satu hari seorang Muslim paling sedikit harus melaksanakan lima kali
bersuci. Hal ini menunjukkan, Islam sangat menganjurkan kebersihan. Kesucian
lahir pada saat mendirikan shalat meliputi suci badan, pakaian dan tempat.
Dengan demikian secara otomatis dalam kehidupan sehari-hari, seorang Muslim
harus senantiasa menjaga kebersihan baik tubuh, pakaian, perabotan dan
rumahnya.
Tak jarang rumah seorang Muslim tidak mencerminkan semangat bersuci. Rumah,
halaman, kamar mandi, maupun dapurnya kotor dan berantakan. Seorang Muslimah
yang memiliki balita pun terkadang tidak berhati-hati untuk membersihkan najis
dari ompol bayinya. Pakaian dan penampilan seorang Muslim mencerminkan
kepribadiannya. Pakaian yang bersih dan rapi umumnya menunjukkan kepribadian
yang bersih pula. Hal ini tidak saja penting pada saat melaksanakan shalat,
namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, pakaian yang dikenakan
harus bisa menutupi aurat.
Kesucian tak cukup hanya sebatas lahiriah saja, yang tak kalah pentingnya
adalah menjaga kesucian batin. Hati merupakan titik fokus yang menjadi tempat
untuk menilai baik buruknya seseorang. Oleh karena itu kelapangan dada,
kesucian hati, jauh dari rasa dengki, riya', dan takabur. Jika bersuci lahiriah
adalah membasuh wajah telinga tangan dan kaki. Maka bersuci batin adalah
membersihkan pandangan, pendengaran, perbincangan, perbuatan dari yang
diharamkan oleh Allah. Demikian pula dengan tangan, kaki, perut, dari perbuatan
maksiat.
Mengembalikan Kesucian
Jika kita lihat problematika dunia pada masa ini, banyak orang beranggapan
bahwa saat ini masyarakat telah rusak, moral telah runtuh, serta kejahatan dan
kekerasan merajalela. Mengapa manusia cenderung pada kejahatan?
Pada dasarnya setiap orang dilahirkan suci. Islam tidak mengenal dosa
bawaan. Sedangkan pada diri setiap manusia senantiasa memiliki potensi kebaikan
yang menginginkan kesucian. Namun dalam perjalanan hidup, kita senantiasa
dihadapan pada godaan syaitan. Oleh karena itu, kita senantiasa harus
mensucikan diri.
Semangat melakukan thaharah dalam hal ini juga hendaknya mampu menghidupkan
semangat pembersihan noda dan dosa. Dengan senantiasa memohon ampunan atas
kesalahan dan bertaubat, kita berharap dapat membersihkan segala kotoran dan
penyakit yang ada dalam hati dan jiwa kita.
Dalam surat Al Baqarah ayat 222 Allah berfirman "Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri. Kesucian itu bukan untuk Allah atau orang lain. Kesucian itu untuk
dirinya sendiri. "Dan barang siapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya
untuk kebaikan dirinya sendiri. (QS Faathir: 18)"
Tiada ulasan:
Catat Ulasan