“Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku kerana ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidak tahuan mereka”,(Abu Bakar As-Shiddiq ra)"
Jumaat, 17 Februari 2012
Jangan Cari Jodoh Di Dunia Maya, Keshalihannya Belum Tentu Nyata
Sebelumnya
kami hanya membaca nasihat seperti ini di dunia maya. Akan tetapi
setelah mendengar dan melihat langsung, dan kasusnya tidak hanya satu.
kami melihat bukti langsung bagaimana seorang laki-laki dan wanita, yang
sudah mengenal agama dengan manhaj yang benar berdasarkan pemahaman
sahabat, mereka berdua malah terjerumus dalam hal ini.Padahal kita sudah
diajarkan bagaimana cara yang benar mencari jodoh yaitu dengan ta’aruf
yang syar’i. Oleh karena itu maka kami coba menangkat tema ini.
Umumnya dilakukan oleh yang kurang imannya
Mungkin awalnya tidak bermaksud mencari jodoh, akan tetapi lemahnya
iman yang membuatnya bermudah-mudah berhubungan dengan hubungan yang
tidak halal, padahal mereka sudah mengetahui ilmunya. Inilah fenomena
yang sering terjadi belakangan ini, wanita dibalik hijabnya yang
tertutup rapat tetapi hijab kehormatannya tidak tertutup dibalik
e-mail,inbox FB, dan SMS. Begitu juga dengan laki-laki dengan penisbatan
mereka kepada, “as-salafi”, “al-atsari” dengan hiasan-hiasan status dan
link berbau syar’i, akan tetapi sikap dan wara’-nya tidak menunjukkan
demikian.
Hubungan laki-laki dengan wanita yang berujung cinta
adalah kebahagian hati terbesar bagi manusia terutama pemuda,
lebih-lebih bagi mereka yang belum pernah mecicipi sama sekali. Maka
ketika bisa merasakan pertama kali sebagaimana berbuka puasa, sangat
nikmat dan bahagia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
للصائم فرحتان : فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه
“Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka
puasa dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak” (HR.
Muslim, no.1151)
Mereka yang sudah paham tentu tidak leluasa
melakukannya di dunia nyata, baik karena tidak ada kesempatan ataupun
malu jika ketahuan. Akan tetapi kedua hal ini hilang ketika berkecimpung
di dunia maya. Mulai dari cara halus dengan menyindir dan tersirat ke
arah cinta tak halal sampai dengan cara terang-terangan. Ketika mereka
merasakan nikmat perasaan cinta yang berbunga-bungan maka lemahnya iman
tidak bisa membendung sebagaimana berbuka puasa. Sehingga terjalinlah
cinta yang tidak diperkenankan syariat bahkan sampai ke arah pernikahan.
Terkesan shalih dan shalihah di dunia maya
Jangan langsung terburu-buru menilai seseorang alim atau shalih hanya
karena melihat aktifitasnya di dunia maya. Sering meng-update
status-status agama, menaut link-link agama dan terlihat sangat peduli
dengan dakwah. Hal ini belum tentu dan tidak menjadi tolak ukur
keshalihan seseorang. Dan apa yang ada di dunia maya adalah teori, bukan
praktek langsung. Bisa jadi sesorang sering menulis status agama,
menaut link syar’i tetapi malah mereka tidak melaksanakannya dan
melanggarnya, apalagi ada beberpa orang yang bisa menjaga image alim di
dunia maya, pandai merangkai kata, pandai menjaga diri dan pandai
memilih kata-kata yang bisa memukai banyak orang
Tolak ukur
kita bisa menilai keshalihan seseorang secara dzahir adalah takwa dan
aklaknya yang terkadang langsung bisa kita nilai dan melihatnya di dunia
nyata, bukan menilai semata-mata bagaimana teorinya saja di dunia maya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Iringilah
kejelekan dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskan kejelekan
tersebut dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR.
Tirmidzi no. 1987 dan Ahmad 5/153. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa
hadits ini hasan shahih)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan hadist ini,
فمن اتقى الله و حقق تقواه, و خالق الناس غلى اختلاف طبقاتهم بالخلق الحسن
: فقد جاز لخير كله, لآنه قام بجق الله و حقوق الغباد,
ولآنه كان من المحسنين في عبادة الله, المحسنين إلى عباد الله
“Barangsiapa bertakwa kepada Alloh, merealisasikan ketakwaannya dan
berakhlak kepada manusia -sesuai dengan perbedaan tingkatan mereka-
dengan akhlak yang baik, maka ia medapatkan kebaikan seluruhnya, karena
ia menunaikan hak hak Alloh dan Hamba-Nya. [Bahjatu Qulubil Abror hal
62, cetakan pertama, Darul Kutubil ‘ilmiyah] Tidak amanah ilmiyah
Ada juga yang ingin nampak alim dan berilmu di dunia maya dengan niat
yang tidak ikhlas [Alhamdulillah ini cukup sedikit]. Selain cara-cara di
atas seperti update status agama setiap jam, menaut link beberapa kali
sehari, membuat note setiap hari [waktunya sangat terbuang di dunia
maya]. Ada cara lainnya yaitu tidak melakukan amanat ilmiyah misalnya:
-membuat note hampir tiap hari dengan copas dari tulisan orang lain
tetapi tidak mencantumkan sumber sehingga orang menyangka dia yang
menulisnya
-membuat note dengan copas dari tulisan lainnya,
kemudian mengubah-ubah sedkit atau menambah komentar sedikit kemudian
menisbatkan tulisan pada dirinya.
Dan masih banyak contoh yang lainnya, silahkan baca Menunaikan Amanah Ilmiyah dan Jujur Dalam Tulisan
Maka tidak heran ada yang mengaku pernah bertemu dengan seseorang yang
di dunia maya terkesan sangat alim dan berilmu. Namun tatkala bertemu di
dunia nyata, ternyata ia jauh dari apa yang ia sandiwarakan di dunia
maya. Jauh dari ilmu, akhlak dan takwa. Perlu husnudzan juga
Kita perlu mengedapankan husnudzon juga, karena ada mereka yang memang
kerjanya berhubungan dengan dunia internet seperti ahli IT dan berdagang
via internet. Jadi mereka sangat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk
berdakwah mengingat sekarang dunia maya sangat digandrungi oleh
masyarakat dunia. Sebaiknya kita jangan berburuk sangka kepada mereka
dengan mengira sok alim, sok update status bahasa arab, sok serba syar’i
dan sok suci. Allah Ta’ala berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka
(kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. (QS al-Hujuraat:
12)
Kita juga perlu melihat panutan para ulama dan ustadz,
mereka lebih sibuk dan lebih memprioritaskan dengan ilmu dan dakwah di
dunia nyata, karena kita hidup di dunia nyata. Ilmu dan dakwah di dunia
maya adalah prioritas kemudian setelah ilmu dan dakwah di dunia nyata. Terperdaya dengan cinta dunia maya
Dan mereka yang tidak kuat imannya, terperdaya sekaligus dengan
hubungan tak halal yang mereka lakukan, mereka sudah terperangkap cinta.
maka semakin lengkap sudah, mereka melihatnya sebagai sebuah keindahan
tiada tara sampai-sampai menutup beberapa kekurangan yang harusnya
menjadi pertimbangan paling terdepan yaitu agama dan ahklak. Keindahan bisa membuat jatuh cinta…
Dan cinta bisa membuat segalanya menjadi indah…
Seorang penyair berkata,
هويتك إذ عينى عليها غشاوة … فلما انجلت قطعت نفسي ألومها
“Kecintaanku kepadamu menutup mataku
Namun ketika terlepas cintaku, semua aibmu menampakkan diri”
Inilah salah satu yang dikhawatirkan, karena cinta sudah menancap tidak
peduli lagi, padahal kenal hanya di dunia maya, kemudian memutuskan
untuk ketemu, ta’aruf ala kadar dan menikah. untuk mengetahui bagaimana
kehidupan dunianya saja sulit, bagaimana wajah aslinya [walaupun tukar
foto, maka foto sekarang bisa berbalik 180 derajat dengan aslinya],
bagaimana masa depannya dan bagaimana tanggung jawabnya, apalagi untuk
mengetahui agama dan akhlaknya yang menjadi prioritas utama, walaupun
terkesan shalih tetapi sekali lagi itu hanya di dunia maya, belum tentu. Wanita korban utama
Jelas wanita yang lebih menjadi korban, karena wanita umumnya memiliki
hati yang lemah, lemah dengan pujian, lemah dengan perhatian, lemah
dengan kata-kata puitis. Bisa kita lihat di berita-berita bagaiaman
wanita tidak sedikit yang menjadi korban, baik korban kejahatan,
pelecehan seksual sampai pemerkosaan oleh teman yang ia kenal di dunia
maya.
Begitu juga dengan wanita penuntut ilmu agama, mengingat
pentingnya agama dan akhlak suami, sampai-sampai ada yang berkata,
“agama istri mengikuti suaminya, jika ada wanita yang multazimah menikah
dengan laki-laki yahudi, maka ia akan terpengaruh”. Jika wanita
tersebut terjerumus dengan cinta di dunia maya dan sudah tertancap cinta
dan sudah tertutup kekurangan laki-laki tersebut dengan cinta buta.
Sebagaimana kisah nyata yang kami dapatkan, mereka berdua kenal di
dunia maya, kemudian sang laki-laki dari kota yang jauh menyebrang dua
pulau datang untuk bertemu ke kota wanita tersebut. Maka sang wanita
yang sudah terperangkap cinta, langsung “klepek-klepek” dengan sedikit
pengorbanan laki-laki tersebut dan langsung ingin menikah. Padahal
lak-laki tersebut, wajahnya kurang, porsi tubuh juga kurang, ilmu agama
juga belum jelas, dan masa depan juga masih belum jelas karena hanya
lulusan SMA. [Semoga mereka berdua bertaubat dan selalu berada dalam
penjagaan Allah, Amin]
Jangan memulai sesuatu yang suci dengan kemurkaan Allah
Pernikahan dan membangun rumah tangga adalah sesuatu yang suci dan
anjuran syariat. Dari pernikahan berawal segala sesuatu dan mengubah
kehidupan seseorang dengan perubahan yang besar. Kemudian dari
pernikahan lahirnya manusia, lahirlah masyarakat dan lahir berbagai
perihal kehidupan. Maka janganlah kita memulainya dengan kemurkaan dan
ketidakridhaan dari Allah. Jangan kita mulai dengan hubungan yang tidak
halal. Karena ia adalah dasar dan pondasinya.
Hendaklah yakin
dengan janji Allah dan bersabar dengan ta’aruf yang syar’i, perbaiki
diri dan tingkatkan kualitas ilmu, iman, akhlak dan takwa maka kita akan
mendapat pasangan yang baik. Allah Ta’ala berfirman,
“Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang
keji untuk wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik untuk
laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang
baik pula.” (QS. An Nur: 26)
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi
tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala
alihi wa shohbihi wa sallam.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan